Sejarah Atau Silsilah Nama Ciwidey

 


Ciwidey adalah sebuah desa di kecamatan Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Desa Ciwidey didirikan pada tahun 1845 dan termasuk salah satu dari 7 desa di Kabupaten Bandung. Desa ini terletak di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bandung didirikan dengan Piagam Sultan Agung Mataram pada tanggal 9 bulan Muharram tahun Alif, atau 20 April 1641 Masehi. Kabupaten Bandung memiliki 31 Kecamatan yang terbagi menjadi 277 desa dan kelurahan setelah pemekaran. Tempat pusat pemerintahan berada di Kecamatan Soreang. Desa Ciwidey mengalami pertumbuhan pesat setiap tahunnya. Saat ini, Desa Ciwidey terkenal sebagai desa kota di Kecamatan Ciwidey karena lokasinya yang strategis dekat dengan objek wisata. Topologi Desa Ciwidey terdiri dari dataran rendah, berbukit, dan dataran tinggi, dengan suhu udara rata-rata antara 23’C – 25’C.

 

Sejarah Pakemitan Kadu Agung / Desa Ciwidey bermula dari tiga orang yang berkelana untuk menyebarkan agama Islam, hingga mereka tiba di daerah hutan belantara. Tiga orang itu adalah (1) Eyang Dalem Rangga Sadana, (2) Eyang Camat Nata Wiguna, dan (3) Eyang Jaga Setru. Mereka berasal dari Daerah Banten dan sedang mengembangkan misi Islam di Daerah Kadu Agung yang sekarang disebut Desa Ciwidey. Mereka juga mengajarkan cara bertani kepada penduduk di Pakemitan dan hasil pertanian diangkut ke Gunung Padang. Selain itu, mereka mengajarkan beternak domba dan kambing di Pasirtilil.

 

Peran ketiga orang tersebut sangat penting dalam membangun tatanan sosial masyarakat Pekemitan. Misalnya, ketika mereka memindahkan aliran sungai dari Pakemitan ke Cisondari yang sekarang disebut Pasir Jambu karena sering berselisih, mereka menggunakan rokrak atau pelapah kelapa. Eyang Rangga Sadana dan Eyang Jaga Satru menarik pelapah kelapa ke arah Timur, sedangkan Eyang Camat Nata Wiguna ke arah Selatan. Saat aliran sungai tiba-tiba masuk melewati tempat mereka berteduh, ketiganya memberi nama sungai itu "Ciwide".

 

Orang dahulu menyebutnya sebagai Kadu Agung. Pameran hasil bumi pertanian dan buah-buahan di Kabupaten Bandung akan diadakan di Pusat Pemerintahan. Eyang Jaga Satru membawa buah kadu / durian untuk dipamerkan. Buah tersebut bentuknya lonjong, menarik perhatian Kanjeng Dalem dan para hadirin. Kanjeng Dalem ingin melihat isi buah Kadu / durian. Dia menyuruh para pengawalnya membuka buah tersebut, tetapi alat yang mereka gunakan tidak bisa membelahnya. Akhirnya, dengan bantuan Eyang Jaga Satru dan restu Allah SWT, kadu/durian terbelah setelah digores dengan telunjuk. Setelah terbelah, makin aneh dan menarik karena di dalam isi kadu terdapat sebuah alat yang mirip pisau kujang.

 

Pisau tersebut tidak bisa diambil oleh siapapun. Durian yang sudah terbelah tiba-tiba kembali utuh seperti semula. Banyak yang ingin memiliki durian itu, terutama karena ada benda pusaka di dalamnya. Durian itu dibawa kembali ke daerah Pakemitan dan sekarang tidak ada yang tahu dimana letaknya. Sejak saat itu, tempat asal durian dikenal sebagai "Kadu Agung" sampai sekarang. Kata Ciwidey berasal dari ramalan Eyang Rangga Sadana bahwa di masa depan, banyak orang akan datang ke Kota Ciwidey dari kota jauh untuk beristirahat, termasuk orang kulit putih. Oleh karena itu, kata "Ciwide" ditambah dengan kata "dey-dey" menjadi kata Ciwidey.

 

Pada saat itu, Ciwidey sering disebut Pakemitan karena ada seseorang di kantor kewedanaan yang suka menjaga dari tiap desa. Kata "Kadu Agung" berasal dari pohon durian yang hanya satu-satunya ada di tempat tersebut. Nama Pakemitan Kadu Agung / Ciwidey berasal dari cerita yang terhubung dengan nama tempat tersebut.

 

Tiga tokoh yang membuka daerah Ciwidey/Kadu Agung/Pekemitan merupakan keturunan dari Eyang Maulana Yusuf / Eyang Maulana Muhammad / Pangeran Ketib Salim dari Banten. Mereka menetap di berbagai tempat seperti Cidaun, Patenggang, Kadu Agung Ciwidey, Naringgul Cianjur, dan Cihareuday. Penyebaran agama Islam dan pembukaan daerah Ciwidey diperkirakan terjadi sekitar tahun 1750-1755 Masehi. Diharapkan bahwa dengan perkembangan zaman, Ciwidey akan menjadi tujuan wisata yang menghasilkan keuntungan bagi kota tersebut.


Daftar Kades Dari Masa ke Masa

1.       Karsa 1845 s/d 1860

2.       H. Tabri 1861 s/d 1874

3.       Wirya 1875 s/d 1892

4.       Rd. Sastra 1893 s/d 1904

5.       Rd. Darma 1905 s/d 1917

6.       Rd. T. Martadireja 1918 s/d 1931

7.       Rd. Jaya Dikarta 1932 s/d 1942

8.       Rd. Ii Jayadikarta 1943 s/d 1944 Pjs

9.       Nardi kanda Atmaja 1945 s/d 1961

10.   U.T. Priatna 1962 s/d 1965

11.   O. Subarga 1966 s/d 1967 Pjs.

12.   D. Sopandy 1968 s/d 1982

13.   U. Sukandar 1982 s/d 1983 Pjs.

14.   D.Rusmawan 1983 s/d 1984 Pjs.

15.   H. Ahmad Samsudin 1984 s/d 1992

16.   Uyu Kanasasmita 1992 s/d 1993 Pjs

17.   H. Moch. Muhtar 1994 s/d 2001

18.   H. Ade Setia Permana 2002 s/d 2006

19.   Deden Nursyamsu 2006 s/d 2010 Meninggal

20.   Dede Odih, 2010 Pjs

21.   H Ade Setia Permana, 2011 – 2017

22.   Anggara Permana Siddiq, 2017 - 2023

23.   H Toni Yusup Darmaji 2023 - 2028


0 Komentar